Ini Identitas Pemenggal Wartawan Amerika

Ini Identitas Pemenggal Wartawan Amerika

Scren Shot video Eksekusi yang dilakukan ISIS

Tribunriau- Pemerintah Inggris kini tengah memburu pemenggal wartawan Amerika Serikat, James Wright Foley, yang diduga merupakan warga mereka. Laman Dailymail, Rabu, 20 Agustus 2014 melansi,r kendati belum ada pernyataan resmi dari Pemerintah Inggris soal identitas pelaku, namun pemenggal Foley merupakan salah satu pejuang jihad yang dikenal dengan sebutan "The Beatles".

Dia diketahui salah satu agen operasional yang dipercaya pada awal tahun ini sebagai negosiator pertukaran sandera. Menurut mantan sandera yang pernah ditahan, dia meyakini pembunuh James merupakan warga London dan dikenal dengan nama "John". 

Mantan sandera yang tidak disebut namanya oleh Dailymail itu mengaku pernah ditahan di kota Raqqa, Suriah. Dia menyebut John sebagai sosok yang pintar, terdidik dan pengikut ajaran Islam radikal. 

Masih menurut pengakuan mantan sandera itu, pria tersebut juga dipanggil dengan sebuatan "John" oleh tawanan lainnya. Sementara rekan sesama pejuang Islamic State of Iraq and al-Sham (ISIS) lainnya menyebut dia "The Beatles" karena berasal dari Inggris. 

Keyakinan itu kian menguat karena bila didengar dari suara yang muncul di video propaganda berdurasi lima menit itu, aksen cara berbicara pelaku mirip aksen warga London bagian timur. 

Sementara agen intelijen Inggris menggunakan teknik pengenal suara untuk mengidentifikasi pelaku pembunuh jurnalis berusia 40 tahun itu. Mereka harus berhati-hati menganalisa dan memastikan suara yang terekam di video itu milik pelaku bukan pengisi suara. 

Pemerintah Inggris Terkejut

Fakta keterlibatan warga Inggris dalam video pemenggalan sadis itu membuat Perdana Menteri David Cameron syok. 

"Saat ini kami memang belum dapat mengidentifikasi pelaku pemenggalan. Namun, dari semua petunjuk yang ada kemungkinan pelaku merupakan warga Inggris. Dan hal itu sangat mengejutkan," ungkap Cameron. 

Dia pun menyadari banyak warga Inggris telah berangkat ke Suriah dan Irak untuk bergabung dengan kelompok ekstrimisme dan tindak kekerasan. Data dari laman Dailymail menyebut ada sekitar 500 warga Inggris yang telah berangkat ke sana. 

Sementara 250 warga lainnya diprediksi telah kembali ke Inggris. Polisi dan agen intelijen terus berupaya untuk memantau aktivitas mereka. 

"Kami terus melipatgandakan upaya untuk menghentikan mereka berangkat ke sana dan menyita paspor mereka. Kami juga menangkap mereka yang terbukti bergabung ke dalam kelompok tersebut," papar Cameron. 

Pemerintah Inggris, imbuh Cameron, juga menarik semua materi berbau kekerasan yang ada di dunia maya. 

Sementara di mata pengajar pusat kajian radikalisasi di King's College London, Shiraz Maher, pada faktanya warga Inggris memang telah menjadi bagian dari para pejuang yang kejam dan ganas. "Sayangnya itu bagian dari cara radikalisasi mereka," kata Maher. 

Akademisi lainnya kemarin juga ramai-ramai menyerukan agar menghentikan peredaran video pemenggalan Foley. Menurut mereka, potongan video itu, justru membantu membuat Muslim Inggris menjadi semakin radikal dan mendorong mereka menjadi pelaku tindak teror. (vci)